Langsung ke konten utama

Work Anniversary

Perusahaan tempatku bekerja saat ini tentunya bukan pilihan pertama saat dulu aku melamar pekerjaan. Selesai menjalani sidang 26 Agustus 2014, aku segera melayangkan lamaran-lamaran ke beberapa perusahaan di Jakarta.
 
Pilihan pertamaku jatuh pada perusahaan mining contractor di daerah Jakarta Barat. Aku apply melalui situs penyedia informasi lowongan kerja. Tentunya sebagai seorang fresh graduate, aku beranggapan bahwa perusahaan sejenis ini, tinggi akan fasilitas dan gaji yang ditawarkan. Tidak tahu seberapa besar resiko pekerjaannya, aku hanya menimbang-nimbang soal nominal gajinya saja. Namun, setelah aku lulus melewati tahapan demi tahapan di setiap seleksinya, aku sedikit kecewa karena jauh meleset dari yang aku bayangkan.

Selang dua minggu, aku mendapat panggilan kedua dari sebuah perusahaan consumer goods di Jakarta Timur yang aku apply dengan cara mengisi CV online di websitenya yang terbilang catchy. Meski terletak di kawasan industri yang tidak sesuai dengan harapanku sebelumnya, tetapi aku sangat tertarik ketika mendalami profil perusahaan ini. Apalagi aku sangat mengidamkan pola hidup sehat yang mungkin akan aku dapati disini. Sempat ragu ketika ada panggilan dari perusahaan ini karena aku hanya menerima pesan via SMS dengan nomor standar seperti nomor pemberitahuan pemenang undian berhadiah yang sedang marak, tanpa ada telepon dari nomor official seperti yang tertera pada websitenya. Tepat di Hari Rabu Pukul 06.15, aku tiba di lokasi. Hanya ada security yang mempersilahkanku untuk menunggu. Aku tidak ingin terlambat untuk memenuhi undangan Pukul 07.30, tapi ternyata waktu yang ku tempuh dari Bekasi hanya sekitar 15 menit saja. Di luar dugaan dan tidak seperti perusahaan sebelumnya yang aku datangi, ternyata ramai sekali dan para pelamar datang dari berbagai kota. Satu per satu berguguran bak mengikuti audisi bintang di tv, hingga tersisa beberapa pelamar saja. Pukul 14.00, aku pun meninggalkan pelamar lain yang masih menunggu giliran.

Dalam perjalanan pulang, aku mendapat lagi telepon dari sebuah perusahaan consumer goods di bilangan Jakarta Selatan. Keesokan harinya, seperti biasa aku berangkat sepagi mungkin demi menerobos padatnya jalanan di ibu kota dan aku pun harus menyisakan banyak waktu untuk mencari lokasinya. Maklum, aku bukan anak ibu kota. Aku menghabiskan 17 tahunku di tatar sunda meski ibuku orang seberang dan ayahku seorang arema. Maka dari itu, jika teman-teman kuliahku memilih bermain ke puncak untuk melepas kepenatan dan menikmati udara serta lingkungannya yang masih asri, aku justru lebih memilih tempat wisata lain yang sulit atau bahkan belum pernah aku kunjungi.

Pukul 08.15 aku tiba dan menukarkan tanda pengenalku dengan Visitor Card, kemudian aku bergegas ke lantai 31. Sambil menunggu, aku berkenalan dengan para pelamar yang sudah datang. Ada yang sudah bekerja, ada pula yang sama denganku bahkan satu almamater karena lowongan kerja ini dipasang juga pada website kampus. Proses seleksi disini terhitung sangat cepat, hanya dalam hitungan satu minggu, semuanya selesai dan aku tinggal melengkapi dokumen untuk mulai bergabung. Ini membuatku memutuskan untuk batal mengikuti tes di daerah Pejompongan pada sebuah lembaga negara, meski sebelumnya sempat kegirangan saat aku menerima email yang menyatakan lolos dan diundang untuk mengikuti tahap selanjutnya, apalagi sahabatku pun menerima email yang sama. Dari saat ospek, kami selalu bersama dan berharap dapat bekerja di tempat yang sama atau berdekatan meskipun nyatanya sekarang tidak.

Jumat pagi, aku segera mendatangi KPP Pratama Bekasi Selatan untuk membuat NPWP. Terlihat orang-orang berbaris rapi untuk mengikuti kegiatan olahraga, senam. Saat aku melihat handphone, ternyata baru Pukul 06.30. Lagi-lagi aku kepagian. Aku hanya duduk saja sambil melihat mereka berolahraga. Aku tidak sendiri, meskipun KPP belum dibuka untuk beroperasi, tapi orang-orang sudah mulai banyak berdatangan. Pukul 07.30 dimulai dan aku mendapat nomor antrian yang pertama. Penuh, sesak, namun KPP disini nyaman sekali. Dilayani dengan cepat dan ramah, cukup 5 menit saja NPWP sudah selesai.

Senin 17 November 2014, Ibu mengantarku di hari pertama bekerja. Namun sedih rasanya, saat pulang bekerja tak ada ibu yang menyambutku dengan aroma khas masakannya dan segala gurauannya yang menghangatkan suasana. Aku menaiki anak tangga menuju kamarku yang berada di lantai 2 dengan sedikit lunglai. Ibu tidak menempatkanku di sebuah kos-kosan, namun di sebuah rumah minimalis yang terletak persis di seberang kantorku dengan segala fasilitasnya yang seakan berada di rumah sendiri. Meskipun demikian, rasanya tetap hampa tanpa kehadiran ibu. 

Hari ketiga bekerja, aku mendapat telepon dari perusahaan consumer goods di Jakarta Timur yang dulu aku sambangi. Ku hela napas panjang berkali-kali. Bimbang, apalagi mengingat salary yang ditawarkan disana lebih tinggi daripada yang aku dapatkan disini. “Aku membanggakan IT sejak pertama kuliah, selalu mendapat grade A untuk mata kuliah yang kental dengan IT apalagi programming, dan kini aku berada di departemen IT. Sementara disana aku mendapat tawaran gaji yang jauh lebih tinggi untuk bidang yang hanya sekitar 30% aku pelajari saat kuliah, tentu saja itu bukan IT”. Aku terus menimbang-nimbang. Saat ini mungkin kesesuaian minat yang didapat, namun suatu hari nanti semoga kian menghampiri hal-hal lain yang lebih bermanfaat.

Besok, tepat 2 tahun aku bekerja disini. Kebahagiaan yang dirasakan kini bisa melupakan kegelisahan saat itu. Happy Anniversary, Yorin!

Share cerita pengalaman kerja kamu juga, guys.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ayam atau Telur dulu ya?

Sebagai anak kosan, aku harus pintar mengatur keuangan. Aku harus benar-benar bisa memilah setiap kebutuhan yang ada. Apalagi sebagai seorang wanita, selalu saja ada hal kurang perlu yang aku inginkan. Entah itu terpikat karena terlihat lucu dan menarik, atau hanya sekedar beranggapan bahwa barang itu akan aku butuhkan suatu hari nanti. Pastinya, itu hanya menjadi barang yang kurang bermanfaat jika aku memaksa diri untuk tetap membelinya. Ya, itulah salah satu hal yang perlu dikendalikan. Pangan, tentunya menjadi prioritas. Aku biasa mengolah makanan sendiri. Memasak sendiri bisa menekan pengeluaran, di samping menjaga kebersihan dan kualitas makanan. Siapa sih yang tidak mau sehat namun tetap bisa hemat? Tak hanya sehat tapi juga cerdas. Hal ini jelas menjadi dambaan bagi setiap orang. Disibukkan dengan aktivitasku sebagai karyawati dan juga mahasiswi, membuatku berpikir untuk mencari bahan makanan yang mudah didapat, bisa diolah dengan cepat dan bervariasi serta terjangkau...

IT atau Musician?

Setelah aku merilis single perdanaku yang berjudul “ Goodbye (Selamat Tinggal)” pada tanggal 28 September 2016, banyak yang melontarkan pertanyaan kepadaku, “Apakah akan meninggalkan IT dan lantas berkiprah di dunia musik?” Aku terlahir dalam keluarga pemusik dan pecinta seni . Selain dongeng Si Kancil, alunan musik yang ibu mainkan sering kali meninabobokanku. Nyanyian-nyanyian kecil menggumam akrab mengiringi hari-hariku yang penuh dengan mainan. Ya, tentu saja aku gemar bermain seperti anak lainnya yang seusiaku meskipun porsi makanku lebih daripada mereka. Tak hanya Barbie, Lego, Hewan Cyber, Monopoli, Ular Tangga, BP, Game Bot , dan mainan anak-anak 90an lainnya, tapi aku pun senang bermain dengan mini piano ku. Aku menggarap berbagai soundtracks film-film kartun kesayanganku dalam nada sederhana. Menjuarai Lomba Mozaik se-Provinsi Jawa Barat ketika Taman Kanak-Kanak, menjadi awal kisahku dalam mengukir prestasi di bidang seni. Namun, aku lebih serius menekuni bidang...